Wednesday, February 23, 2011

Thareq Memerangi Kezaliman Bukan Ke-Kristenan

1324637724437389800

sepenggal sejarah yang menunjukkan betapa mesranya hubungan Islam-Kristen. Mereka mampu bersatu padu untuk menghalau kezaliman yang dilakukan penguasa saat itu. Inilah kutipan sepenggal sejarah yang indah itu :

Mendung hitam menggelayut di atas bumi Spanyol. Eropa sedang dicengkeram oleh penjajah, Raja Gotik yang kejam. Wanita merasa terancam kesuciannya, petani dikenakan pajak tanah yang tinggi, dan banyak lagi penindasan yang tak berperi kemanausiaan. Raja dan para pengikutnya bersukaria dalam kemewahan sedang rakyat merintih dalam kesengsaraan. Sebagian besar penduduk memilih mengungsi ke Afrika, berharap mendapat ketenangan yang lebih menjanjikan. Dan saat itu Afrika, adalah sebuah daerah yang makmur dan mempunyai toleransi yang tinggi karena berada di bawah naungan pemerintahan yang adil.



Satu dari jutaan pengungsi itu adalah Julian, Gubernur Ceuta yang putrinya Florinda telah dinodai Roderick, raja bangsa Gotik. Mereka memohon pada Musa bin Nusair, raja muda dinasti Bani Umayah di Afrika untuk memerdekakan negeri mereka dari penindasan raja yang zalim itu. Setelah mendapat persetujuan Khalifah, Musa melakukan pengintaian ke pantai selatan Spanyol. Bulan Mei tahun 711 Masehi, Thariq bin Ziyad, budak Barbar yang juga mantan pembantu Musa bin Nusair memimpin 12.000 anggota pasukan menyeberangi selat antara Afrika dan daratan Eropa.



Begitu kapal-kapal yang berisi pasukannya mendarat di Eropa, Thariq mengumpulkan mereka di atas sebuah bukit karang, yang kelak dinamai Jabal Thariq ( Gibraltar ). Di atas bukit itu Thariq memerintahkan pembakaran kapal-kapal yang telah menyeberangkan mereka. Tentu saja perintah ini membuat prajuritnya keheranan. “Kenapa Anda lakukan ini?” tanya mereka. “Bagaimana kita kembali nanti?” tanya yang lain.



Namun Thariq tetap pada pendiriannya. Dengan gagah berani ia berseru,“Kita datang ke sini tidak untuk kembali. Kita hanya punya pilihan,menaklukkan negeri ini dan menetap di sini, atau kita semua mati secara ksatria di medan pertempuran.”


Kata-kata Thariq itu bagaikan cambuk yang melecut semangat prajurit yang dipimpinnya. Bala tentara Thariq yang berjumlah 12.000 orang maju melawan tentara Gotik yang berkekuatan 100.000 tentara. Pasukan musuh jauh lebih unggul baik dalam jumlah maupun persenjataan. Namun semua itu tak menggentarkan hati pasukan Thariq.



Tanggal 19 Juli tahun 711 Masehi, kedua pasukan bertemu,keduanya berperang di dekat muara sungai Barbate. Pada pertempuran ini, Thariq dan pasukannya berhasil melumpuhkan pasukan Gotik, hingga Raja Roderick tenggelam di sungai itu. Kemenangan Thariq yang luarbiasa ini, menjatuhkan semangat orang-orang Gotik. Sejak itu mereka tidak berani lagi menghadapi pasukan Thariq secara terbuka. Sedangkan penduduk Spanyol kembali bisa menikmati kehidupannya dengan damai di kampung halamannya bersama kaum Muslimin di bawah kepemimpinan panglima Thariq bin Ziyad.

Ali Mustahib Elyas