Thursday, February 17, 2011

Profil Mitra Coriena Syumanja Sang Wasit Wanita di Liga Indonesia

Ada yang menarik dari pergelaran babak akhir Kompetisi Divisi I Liga Indonesia XVI-2010 yang telah dituntaskan oleh Badan Liga Sepakbola Amatir Indonesia (BLAI) PSSI. Seorang wasit perempuan "menyelip" di antara jajaran perangkat pertandingan yang ditugaskan. Kostum wasit yang dikenakannya menyembunyikan perawakannya yang mungil. Rambutnya yang dipotong pendek juga terlihat pas untuk sepintasa menyamarkan dirinya sebagai seorang perempuan tulen.



Saat berada di tepi lapangan dia juga mampu untuk tidak mengesankan dirinya seorang perempuan lemah. Dia bergerak lincah mengikuti alur bola yang dimainkan oleh kedua tim yang tengah bertanding. Seperti tak ada keraguan dalam dirinya dalam memberi keputusan sepanjang permainan, dan secara tegas mengibaskan bendera di tangannya untuk menunjukkan apakah seorang pemain melakukan pelanggaran, offside, atau sekedar memperlihatkan bahwa si kulit bundar telah keluar lapangan permainan.

Ya, Mitra Coriena Syumanja, benar-benar telah mewarisi kemampuan ayahnya, Norman Alex. Di masa mudanya, ayahnya juga seorang wasit handal, pernah memperoleh sertifikat asisten wasit FIFA. Kini, Alex Norman masih kerap bertugas sebagai Inspektur Wasit atau IW.

"Dulu saya sering melihat ayah di televisi, memimpin pertandingan. Saya juga sering melihat foto-foto ayah pulang dari luar kota," ungkap Mitra Coriena Syumanja, tentang keinginannya menjadi wasit, seperti dirilis situs resmi PSSI.

Mitra Coriena Syumanja ("panggil saja Cori," katanya) tercatat lima kali diterakan dalam jajaran perangkat pertandingan pada gelaran babak akhir kompetisi Divisi I-2010 ini. Dia tiga kali menjadi asisten wasit 1, dan dua kali menjadi asisten wasit-2, termasuk pada pertandingan puncak perebutan gelar juara antara tim PSBS Biak dengan Persbul Buol, yang disaksikan langsung oleh Ketua Umum PSSI H.A.M Nurdin Halid, anggota KOmite Eksekutive PSSI Togar Manahan Nero dan Muhammad Zein, yang sama-sama berkompeten dalam masalah perwasitan, serta Sekjen PSSI Nugraha Besoes dan jajaran pemimpin teras BLAI PSSI, Iwan Budianto, Syauqi Soeratno, Petri Octavianus.

Entah karena dia perempuan, setiap keputusannya melalui kebasan bendera kecilnya tak sekali pun mendatangkan protes dari para pemain kedua tim. Yang pasti, menang tak ada cela dari setiap keputusan melalui kibasan bendera Cori itu.

"Kami selalu adakan evaluasi sesudah pertandingan, dan setiap penugasan Cori termasuk yang dipuji," kata Mansyur Lestaluhu, manajer operasional kompetisi BLAI PSSI yang bertanggung-jawab dalam masalah penugasan wasit.

Cori menjadi satu-satunya wasit perempuan yang ditugaskan pada gelaran babak akhir kompetisi Divisi I-2010 ini. Keputusan BLAI PSSI menempatkan Cori di antara total 32 perangkat pertandingan yang bertugas, sangat tepat. Karena disamping Cori sendiri nyaris tidak pernah membuat cela dalam setiap penugasannya, keberadaannya di tepi lapangan secara psikologis juga membuat para pemain dari kedua tim merasa malu untuk melakukan perilaku tak menyenangkan, misalnya berpura-pura melakukan protes keras untuk menutuipi kesalahannya.

"Saya ingin seperti Sonia Denoncort, wasit perempuan asal Kanada itu. Dia menjadi wasit wanita pertama yang pernah memimpin pertandingan internasional," kata Cori, kelahiran 5 Agustus 1998 di Kuala Bagumit, Langkat, Medan.

Anak Siti Khadijah Nasution yang meraih gelar sarjana (S1) pendidikan kepelatihan olahraga Universitas Negeri Medan, Sumut, ini pun memiliki cita-cita untuk melanglang-buana memimpin pertandingan-pertandingan sepakbola di mancanegara.

Perjalanan karir Cori tentunya masih panjang. Melihat kinerjanya saat ini, bukan tak mungkin dia akan meniti karirnya dengan lancar. Apalagi, Cori termasuk yang dipuji dari keikutsertaannya pada Kursus Elite Referree FIFA yang diadakan awal November lalu di Rawamangun, Jakarta. Dari 32 peserta kursus, dua diantaranya wanita, yakni Cori dan Harlin dari Bukit Tinggi, Sumbar. Namun, hanya Cori yang kemudian direkrut BLAI PSSI.

"Wasit-wasit wanita ini bisa diusulkan untuk bertugas di Festival Sepakbola AFC tahun depan," ujar Instruktur Wasit FIFA asal Malaysia, Azimi Abdullah, di acara penutupan kursus Kursus Wasit Elite FIFA kala itu.